Malam minggu.
Kata orang sih "malam minggu malam yang panjang". Saking panjangnya, saya sempat nungguin taksi uber sampai setengah jam, trus nonton SPY abis itu makan santai di Kenny Rogers Roasters. Nah karena ini blog tentang food, maka yang akan saya review adalah
Kenny Rogers nya yah.. bukan taksi Uber nya atau film SPY nya..

Sebelum hari Sabtu kemarin itu, saya termasuk orang yang ga mau nyoba makanan yang terlalu western. Saya tipe orang yang lebih suka makanan Asia, seperti makanan Indonesia, segala jenis mie, sushi, ramen, sapo tahu, dll. Saya tidak terlalu menikmati makanan western seperti burger, ham, sosis, beef, steak (oke yang ini akan saya pertimbangkan). Satu-satunya makanan diluar Asia yang saya sukai cuma pasta, itu pun karena bentuknya mirip dengan mi.
Nah, makanya setiap kali hangout, saya lebih suka menunjuk resto Asia sebagai tempat dinner kami. Saya hampir tidak pernah menunjuk American Grill ataupun Kenny Rogers. Dulu pernah sekali kami makan di American Grill karena mendapat voucher makan, dan ternyata meninggalkan kesan yang tidak baik untuk kami (saya lebih tepatnya). Dari situ lah saya tidak mau lagi makan di resto Western. 
Kemarin, kami pergi ke Mall Puri Indah untuk menghabiskan malam minggu. Setelah nonton, kami pun keliling-keliling Mall Puri Indah untuk mencari tempat makan. Pertama kami mencari Fish & Co karena ada promo dari Telkomsel, tapi urung karena antriannya luar biasa panjang,. Setelah itu kami ke salah satu resto Korea dan urung juga karena antriannya pun tidak kalah panjang dengan Fish & Co. Di sebelahnya ada resto Jepang yang menjual sushi dan ramen, terlihat sepi... terlampau sepi, dan kami urung juga makan disana karena mungkin saja makanan disana tidak enak, terlihat dari sepinya pengunjung resto itu sementara resto disebelahnya ramai luar biasa. Lalu kami berjalan lagi, ada resto Italia yang menjual churro dan pasta. "Sepertinya enak", pikir saya karena memang saya menyukai hidangan pasta, namun teman-teman lain urung karena mau lihat-lihat makanan lainnya dulu. Salah satu dari kami merekomendasikan makanan India. Saya belum pernah mencoba makanan India, oleh karena itu saya setuju saja jika ingin makan di sana. Ternyata resto tersebut berada diluar gedung Mall, dan suasananya panas, Tidak terlalu panas, tapi tidak lebih adem juga dibanding di dalam. Pokonya ga nyaman deh kalo makan disana. Akhirnya salah satu dari kami mengusulkan makan di Kenny Rogers, dan semua setuju untuk makan di sana, kecuali saya tentunya. Pikir saya "ah, resto amerika lagi..". Ya sudah saya putuskan untuk ikut saja, daripada ga makan..

Pas mau masuk, langsung disapa sama pramusajinya "silakan kaka, untuk berapa orang?", kami pun meminta meja untuk 5 orang. Dan ketika kami mau duduk, mejanya pun dibersihkan dulu. Hmm, pelayanannya cukup baik. Kami pun diberi buku menu masing-masing, dan dipersilakan lihat-lihat sebelum memesan. Ada satu halaman yang unik menurutku karena mereka menyajikan beverage dengan nama musim. Unik menurutku karena Indonesia cuma punya summer aja, ga punya musim lainnya (oke abaikan.)


Four Season Fizzy


Temanku yang lain terlihat bersemangat pilih menu, sementara saya membolak-balik halaman dengan tidak semangat. Akhirnya saya memutuskan memesan Chicken Lite Meal (atau Kenny's Lite Meal ya?) karena porsi nya paling masuk akal. Menu lainnya itu menyajikan ayam bukan dalam bentuk potongan loh.. Menu mereka itu menyajikan ayam dalam porsi utuh, setengah ekor, seperempat ekor. WOW, saya sih ga kuat makan ayam segitu banyaknya untuk dinner. Dan ketika makanannya datang, beginilah penampakannya:


Chicken Lite Meal
Sesuai kok dengan penampakannya di buku menu. Porsi cukup mengenyangkan. Ga seperti porsi reman-teman saya yang lain. Porsi mereka cukup "ruah", mereka memesan ayam seperempat potong, dan setengah potong yang akhirnya dimakan oleh 2 orang. Chicken Lite Meal ini terdiri dari sepotong ayam tanpa tulang ukuran sedang, salad, aromatic rice dan asian pasta. Saya ganti Asian Pasta nya dengan macaroni cheese karena macaroni cheese nya terlihat lebih enak :)
Ayamnya empuk banget (atau pisaunya yang tajem banget?) karena motongnya gampang, ga perlu keluar tenaga banyak. Rasanya khas ayam panggang dan sepertinya ditambahkan sedikit lemon ketika memanggang ayamnya. Kulitnya pun sangat crispy, dan sangat kaya akan bumbu-bumbu. Selain tanpa tulang, ayamnya pun tanpa urat dan tanpa lemak, jadi benar-benar bersih.
Aromatic rice nya perlu diacungin 2 jempol..! Meskipun nasinya agak lengket, tapi rasanya itu loh, kaya akan rempah tapi tidak terlalu gurih. Warna nasinya agak kekuningan dan hanya dilengkapi dengan potongan paprika merah.
Saladnya standar, mayonaisenya cuma sedikit jadi saya mengakali nya dengan mengaduk salad dengan sisa-sisa saos ayam nya. Lebih banyak seladanya, wortelnya hanya 2 stick kecil, dan ada paprika hijau. Saya ga suka paprika hijau tapi suka banget dengan selada, jadi menurut saya saladnya ga ada masalah. Heheheheheh
Macaroni cheese, hmmm.... ga nyesel sih udah ganti asian pasta dengan macaroni cheese, tapi rasanya tidak seenak yang dibayangkan, tapi not bad lah.. Saya pun menyantap habis macaroni cheese nya.

Selain memesan makanan, kami juga memesan minuman. Untuk kali ini saya pesan......entah apa namanya, saya lupa (maklum, saya baru belajar review, jadi belum tau kalau setiap pesan menu harus tau namanya), yang jelas ini warna kuningnya itu dari buah mangga dan warna birunya itu sangat manis, sepertinya itu gula cair yang diberi pewarna. Karena terdiri dari 2 warna yang terpisah, dan 2 rasa yang berbeda, saya rasa minuman in iharus diaduk dulu sebelum diminum. Saya pun masih sempat iseng bertanya kepada salah satu teman, apakah yang akan terjadi kalau saya mengaduk minuman ini? Dia dengan entengnya menjawab "ya jadi ijo lah." Oke, jawaban yang bagus. Setelah diaduk, warnanya memang jadi hijau, tapi minuman ini mesti sesekali diaduk, karena jika didiamkan sedikit lama, warnanya akan terpisah lagi. Dan terpisahnya jadi terbalik, warna birunya yang ada di atas! Ha..! Overall, rasanya manis dan segar ^^



Tidak berapa lama, datang 4 kue muffin, ternyata setiap menu memang dilengkapi dengan 1 pc muffin. Ada 2 warna putih dan 2 warna coklat. Saya ambil yang warna putih karena saya tau yang warna coklat pasti rasa coklat. Iseng saya tanya ke teman saya " yang putih ini rasa apa ya?" Satu teman saya sudah mengambil duluan muffin warna putih dan dia jawab "rasa vanilla.."
Saya ambil muffin dan saya cicip, gigitan pertama membuat saya mengerutkan dahi; ini mah bukan rasa vanilla, gigitan kedua baru saya sadar kalau muffin ini rasa pisang, bukan rasa vanilla. Oke mungkin memang ada rasa coklat, vanilla dan pisang. Muffinnya cukup lembut, tidak terlalu keras dan tidak menempel di kertas cup nya. Saking enaknya, saya dan satu teman saya berniat untuk membeli sekotak muffin untuk dibawa pulang. Ketika bill kami datang, saya bertanya ke pramusajinya berapa harga muffinnya dan si mbak dengan santainya menjawab "muffinnya sudah habis kak.." kecewa lah saya tidak bisa menikmati muffin enak ,, hehehehe.. Mungkin lain kali saya mencicipi muffin ini:



Itu review saya tentang Kenny Rogers, maaf kalau menu yang diulas cuma sedikit, saya baru belajar review jadi tulisannya masih acak-acakan dan masih banyak kekurangan dimana-mana. Semoga review berikutnya bisa lebih baik lagi.

Ciao..!


May 31st 2014

Today is Saturday.
I take 2 days off from Friday. And today i'm spending my quality time cooking in the kitchen. doing my favourite thing: make a sweet pudding. :)


ah~ i remember there was a guy who really enjoy my pudding. Everytime i made pudding, i give him half of it. It's been a long time since the last time i did it. Maybe 2 or 3 years ago. I wonder where is he now.. :)

is he eat other pudding now? 
is someone give him more delicious pudding?
or.. is he eat something more delicious than pudding now?
woah.. i'm not reach that level yet, i can't make something more delicious and more complicated than pudding :(


hmm~ i miss him so much.. i never had a chance to see him enjoy my home made - pudding.. Everytime i give him a box full of pudding, he will give me that (empty) box back. Even when i said "you can keep the box, no need to give back to me" he always bring the empty box back. I remember when he said "it's okay. this is your box, i give it back to you so you can fill it again.. hehee"
Then i turned around and say "what?"
and he answered with "umm nothing"


ah, such a beautiful memory :)
I wish i can meet him again.. give him more delicious pudding, with cute shape, and more fla..


He will love it.
I guess.
Sweet Mango Pudding




8X#9KGy7zWft%!s

Hello, let me know if you hear me
Hello, if you want to be near
Let me know
And I'll never let you go

Hey love
When you ask what I feel, I say love
When you ask how I know
I say trust

And if that's not enough

It's every little thing you do
That makes me fall in love with you
There isn't a way that I can show you
Ever since I've come to know you
It's every little thing you say
That makes me wanna feel this way
There's not a thing that I can point to
'Cause it's every little thing you do

Don't ask why
Let's just feel what we feel
'Cause sometimes
It's the secret that keeps it alive
But if you need a reason why

Is it your smile or your laugh or your heart?
Does it really matter why I love you?
Anywhere there's a crowd, you stand out
Can't you see why they can't ignore you
If you wanna know
Why I can't let go
Let me explain to you
That every little dream comes true
With every little thing you do

It's everything, everything you do
That makes me fall in love with you
It's everything, everything you say
That makes me feel this way





Di Jerman, pada suatu masa, hiduplah seorang tukang arloji. Namanya Herman Josef. Dia tinggal di sebuah kamar yang sempit. Di kamar itu ada sebuah bangku kerja, sebuah lemari tempat kayu dan perkakas kerjanya, sebuah rak untuk tempat piring dan gelas serta tempat tidur lipat di bawah bangku kerjanya. Selain puluhan arloji yang sudah lama dibuatnya, tidak ada barang berharga lain di kamarnya.Di jendela kaca kamar itu Herman meletakkan sebuah jam dinding paling bagus untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat di depan rumahnya. Herman adalah seorang tukang arloji yang miskin. Pakaiannya compang-camping. Tetapi dia baik hati. Anak-anak di sekitar rumah menyukainya. Kalau mainan mereka rusak, Herman biasa diminta memperbaiki. Herman tak pernah minta satu sen pun untuk jasa reparasi itu. “Belilah makanan yang enak untuk anakmu atau tabunglah uang itu untuk hari Natal,” Begitulah jawaban yang selalu Herman katakan.


Sejak dulu penduduk kota itu biasa membawa hadiah Natal ke katedral dan meletakannya di kaki patung Bunda Maria yang sedang memangku bayi Yesus. Setiap orang menabung supaya bisa memberi hadiah paling indah kepada Yesus. Orang-orang berkata, kalau Yesus menyukai hadiah yang diberikan kepadaNya, Ia akan mengulurkan tanganNya untuk menyambut bingkisan itu. Namun ini tampaknya hanya sebuah legenda. Belum pernah terjadi Bayi Yesus dalam pelukan Maria mengulurkan tangan menyambut bingkisan Natal untukNya. Meskipun begitu penduduk kota itu selalu berusaha membawa bingkisan yang paling indah. Misalnya, para penulis puisi membuat syair-syair yang indah. Anak-anak juga tidak ketinggalan. Setiap orang berlomba memberikan yang terbaik pada Yesus di hari Natal. Siapa tahu, kata mereka, Yesus mengulurkan tangan memberi pemberian itu. Orang-orang yang tidak punya bingkisan pergi ke Gereja untuk berbakti pada malam Natal sekaligus menilai bingkisan mana yang terindah. Herman, tukang arloji, adalah salah seorang yang hanya pergi untuk berbakti dan menonton. Pernah ada seorang teman mencegah Herman dan bertanya, “Kau tidak tahu malu. Tiap tahun kau tak pernah membawa bingkisan Natal buat Yesus!”


Pernah pula suatu kali panitia Natal bertanya, “Herman, mana Natal darimu? Orang-orang yang lebih miskin dari kau saja selalu membawa.”


Herman menjawab, “Tunggulah, suatu ketika saya akan membawa bingkisan saya,”


Herman memang sudah sejak lama mempunyai sebuah ide tentang bingkisan Natal yang istimewa untuk Yesus. Tiap hari dia bekerja untuk bingkisan natal itu. Tidak seorangpun yang tahu ide itu kecuali Trude, anak perempuan tetangganya. Trude berumur 7 tahun waktu ia mendengar ide Herman. Tetapi setelah Trude berumur 31 tahun, bingkisan itu belum juga selesai. Herman bermaksud membuat sebuah jam dinding. Mungkin yang paling indah dan belum pernah ada. Setiap bagian dikerjakannya dengan hati-hati dan penuh kasih. Bingkainya, jarum-jarumnya, dan semuanya diukir dengan teliti. Sudah 24 tahun Herman merangkai jam dinding itu. Memasuki tahun ke 25, jam itu hampir selesai. Tapi Herman juga masih terus membantu memperbaiki mainan anak-anak. Perhatiannya pada hadiah Natal itu membuat Herman tidak punya cukup waktu untuk membuat arloji lain dan menjualnya. Kadang Herman tidur dengan perut kosong. Ia makin tambah kurus tetapi jam dindingnya makin tambah cantik.  Pada jam dinding itu ada miniatur kandang, Bunda Maria yang sedang berlutut di samping palungan yang didalamnya berbaring bayi Yesus. Di sekeliling palungan itu ada Yosef serta tiga orang Majus, gembala-gembala dan dua orang malaikat. Ketika jam dinding itu berdentang, orang-orang itu berlutut di depan palungan Yesus dan terdengarlah lagu Gloria in excelsis Deo.


“Lihatlah ini!” kata Herman pada Trude. “Ini berarti bahwa kita harus menyembah Yesus bukan hanya pada hari Minggu atau pada hari raya saja tetapi pada setiap hari dan setiap jam. Yesus menunggubingkisan kita setiap detik.”


Akhirnya selesai juga jam dinding itu dibuat. Herman merasa puas. Ia meletakkan benda itu di jendela kaca kamarnya supaya bisa dilihat banyak orang. Orang-orang yang lewatberdiri berjam-jam mengagumi benda itu. Mereka sudah menduga bahwa ini pasti bingkisan Natal dari Herman.


Hari Natal sudah tiba. Pagi itu Herman membersihkan rumahnya. Ia mengambil pakaiannya yang paling bagus. Sambil bekerja ia melihat jam dinding itu. Ia takut jangan-jangan ada kerusakan. Dia bahagia sekali sehingga dia memberikan uang yang masih ia miliki kepada pengemis-pengemis yang lewat di depan rumahnya.


Tiba-tiba ia ingat, sejak pagi dia belum sarapan. Ia perlu ke pasar membeli sepotong roti dengan uang terakhir yang masih ada padanya. Di lemarinya ada sebuah apel. Ia mau makan roti dengan apel itu.


Namun waktu ia membuka pintu, Trude masuk sambil menangis. “Ada apa?” tanya Herman.


“Suamiku mengalami kecelakaan. Sekarang dia di rumah sakit. Uang yang kami tabuung untuk membeli pohon Natal dan kue harus saya pakai untuk bayar dokter. Anak-anak sudah menunggu hadiah Natal. Apa lagi yang harus saya berikan kepada mereka?”


Herman tersenyum. “Tenanglah Trude. Semua akan beres. Saya akan pergi menjual arloji. Kita akan punya cukup uang untuk membeli mainan anak-anak. Pulanglah!”


Herman mengenakan jas dinginnya lalu pergi ke pasar dengan membawa sebuah arloji yang unik. Ia menawarkan arloji itu di toko arloji. Tetapi mereka tidak berminat. Ia pergi ke kantor gadai tetapi pegawai-pegawai disana berkata bahwa arloji itu kuno. Akhirnya ia pergi ke rumah walikota. “Tuan, saya butuh uang untuk membeli mainan bagi beberapa anak. Kalau tuan mau, silakan ambil arloji ini.”


Pak walikota tertawa. “Saya mau membeli arloji tetapi bukan yang ini. Saya mau jam dinding yang ada di jendela kaca rumah mu. Berapapun harga nya saya bayar.”


“Tidak mungkin Tuan. Benda itu tidak saya jual.”


“Apa? Bagi saya semua mungkin. Pergilah sekarang. Satu jam lagi saya akan kirim polisi untuk ambil jam dinding itu dan kau dapat uang 1000 gulden.”


Herman pergi sambil geleng-geleng kepala. “Tidak mungkin! Saya mau menjual semua yang saya punya. Tapi jam dinding itu, tidak untuk dijual. Iatu untuk Yesus.”


Waktu ia tiba dekat rumah, Trude dan anak-anak nya sudah menunggu. Mereka sedang bernyanyi. Merdu sekali. Baru saja Herman masuk, ebebrapa orang polisi sudah berdiri di depan pintu. Mereka berteriak agar pintu dibuka. Jam dinding itu mereka ambil dan uang 1000 gulden diberikan pada Herman. Tetapi Herman tidak mau menerima uang itu. “Barang itu tidak saya jual. Ambillah uang itu,” teriak Herman sedih.


Orang-orang itu pergi membawa jam dinding serta uang tadi. Pada waktu itu lonceng gereja berdentang. Jalan menuju katedral penuh manusia. Tiap orang membawa bingkisan di tangan. “Kali ini saya pergi dengan tangan kosong lagi,” kata Herman sedih. “Saya akan buat lagi satu yang lebih cantik.” Herman bangkit untuk pergi ke gereja.


Saat itu ia melihat apel di dalam lemari. Ia tersenyum dan meraih apel itu. “Inilah satu-satunya yang saya punya, makanan saya pada hari Natal. Saya akan berikan ini pada Yesus. Ini lebih baik daripada pergi dengan tangan kosong.”


Katedral penuh. Suasana bukan main semarak. Ratusan lilin menyala dan bau kemenyan tercium dimana-mana. Altar tempat patung Maria memangku bayi Yesus penuh dengan bingkisan. Semuanya indah dan mahal. Disitu juga ada jam dinding yang indah buatan Herman. Rupanya pak walikota mempersembahkan benda itu kepada Yesus.


Herman masuk. Ia melangkah dengan kaki berat menuju altar dengan memegang apel. Semua mata tertuju padanya. Ia mendengar mereka mengejek, makin jelas. “Ampun deh! Dia memang benar-benar pelit. Jam dinding nya yang indah dia jual. Tetapi lihatlah apa yang dia bawa? Memalukan!”Hati Herman sedih, tetapi ia terus maju. Kepalanya tertunduk. Ia tidak berani memandang orang sekeliling. Matanya ditutup.


Tangan yang kiri diulurkan ke depan untuk membuka jalan. Jarak altar masih jauh. Herman tahu bahwa ia harus naik anak tangga untuk sampai ke altar. Sekarang kakinya menyentuh anak tangga pertama. Herman berhenti sebentar. Ia tidak punya tenaga lagi. Sejak pagi dia belum makan apa-apa. Masih ada tujuh anak tangga. “Dapatkah saya sampai ke altar itu?” Herman mulai menghitung. Satu! Dua! Tiga! Empat! Lalu ia terantuk dan hampir terguling ke bawah.


Serentak semua orang berkata, “Memalukan!”


Setelah mengumpulkan sisa tenaga, Herman bergerak lagi. Tangga ke lima. Terdengar suara mengejek: “Huuuuuu..!”


Herman naik setapak lagi. Tangga ke enam. Omelan dan ejekan orang-orang berhenti. Sebagai gantinya terdengar seruan keheranan semua orang yang hadir. “Mukjizat! Ini sebuah mukjizat!”


Semua hadirin turun dari kursi dan berlutut. Imam merapatkan tangannya dan mengucapkan doa. Herman, tukang arloji yang miskin ini menaiki anak tangga yang terakhir. Ia mengangkat wajahnya. Dengan heran ia melihat patung bayi Yesus yang ada di pangkuan Bunda Maria sedang mengulurkan tangan untuk menerima bingkisan Natal darinya.



Air mata menetes dari tukang arloji itu. Inilah Natal terindah dalam hidupnya.



kalo ada orang yang nanya gw mau jadi kayak siapa.. 
hmm  mungkin gw pengen jadi seperti mereka: 

1. Barack Obama 
ga akan ada yang nyangka kalo Presiden Amerika ini dulunya sekolah di Menteng. Barry yg dulunya cuma anak biasa sekarang bisa jadi salah satu orang yang paling berpengaruh di dunia.  gw pengen jadi kayak beliau, bisa mempengaruhi dunia (secara positif pastinya), dan bisa menyebarkan perdamaian,, 

Barack Obama, President of United States

2. Super Junior's Leader Leeteuk 
group korea satu ini memang lagi terkenal di seluruh dunia. semakin hari semakin banyak fans nya dan semakin banyak cinta dan perhatian yang mereka dapat dari dunia. tapi mereka mendapatkan ini semua ga secara instan, butuh perjuangan keras selama 6 tahun untuk bisa sebesar ini. gw pengen kayak mereka, ga pernah lelah berusaha, selalu rendah hati ketika sudah dicukupi segalanya, dan selalu memberikan yang terbaik bagi sekitarnya. tapi gw lebih pengen kayak leader nya, Leeteuk, dia bisa menyatukan 13 sifat, kepribadian dan karakter menjadi 1 group yang kompak. ga mudah loh itu, dengan leadership dan sifat "membumi" nya, Leeteuk leads Super Junior conquering the world right now.. 
and i wanna be like that..  

Leete3uk, Super Junior's Leader

3. my parents 
gw pengen seperti papa, ulet dalam bekerja, selalu sabar menghadapi apapun, mendahulukan keluarganya dibanding dirinya sendiri. papa bahkan rela bekerja di tengah sakit nya demi uang sekolah kami anak2nya..  dan gw juga pengen kayak mama, bisa masak makanan yang enak, yang membuat semua orang di rumah jarang makan di luar..   

4. Andy Hariady 
ade gw yang satu ini jago banget kalo urusan elektronika. tanpa pake kuliah, dia udah bisa bikinguitar effect dan amplifier.. dia juga bisa main gitar, dan bisa mengcover Heal The World nya Michael Jackson jadi jazz..!  gw pengen bisa punya talenta seperti itu.. 

5. Devi Charoline 
sahabat gw satu ini punya semangat yang tinggi banget dalam belajar. ga heran kalo IP nya tuh makin naik, bukan naik turun. gw pengen punya semangat kayak gitu ^^  

6. Cucut Erma Wijayanti 
kalo si cucut ini orang nya sayaaaaaang banget sama orang-orang terdekatnya.. orang tua, pacar, temen-temennya, bahkan temen-temen pacarnya (??. gw pengen bisa se-supel dia, jadinya bisa punya banyak temen.. 

7. Yulian Ho 
dia ini pinter nya tingkat dewa, dapet cumlaude dengan IPK 3.7..!  tapi dia ini GA KENAL dengan yang namanya kedewasaan. umur nya doang yang 23, kelakuannya mah 13..! hahaha.. dia tergolong cuek, ga pernah ngeribetin penampilan, pacar, atau hal2 yang biasanya dipikirin perempuan seusia dia.. kadang gw pengen punya sifat cuek kayak gitu, untuk hal-hal tertentu aja tapinya.. hahah 
yulian ini kalo di kosan adalah orang yang paling dekat dengan Tuhan, dia selalu rajin beliin gw buku Renungan Harian, tapi gw masih bolong-bolong pake nya,, heheh. 
gw pengen bisa se-religi itu karena gw sadar hubungan gw dengan Tuhan ga terlalu deket. 

8. Messy Juang Manalu 
ini dia yang namanya kecil-kecil cabe rawit. orang nya kecil, tapi satu kampus kenal sama dia karena orang nya aktif di organisasi kampus, dia juga gampang deket sama orang lain, makanya gw ga akan heran kalo dia yang akan pertama kali dapet kerjaan   
secara gw orangnya gampang jutek kalo ketemu orang baru, gw pengen punya sifat sosial kayak messy..  

9. Kristin Yulia Pratiwi, Asih Purwitasari, Vilen Sesilin Hutajulu 
gw pengen jadi se-TAJIR orang-orang ini, dimana ga ada barang di dunia yang ga bisa mereka beli. apapun yang mereka mau, bisa mereka dapetin dengan gampang. kadang gw mikir, kalo punya banyak uang, pasti gw bisa beli handphone yang canggih yang koneksi internet nya cepet, bisa beli mobil yang irit BBM (tetep), bisa beli rumah yang tahan gempa dan banjir, beli ini.. beli itu..
tapi yang gw kagumi dari mereka, yang bikin gw jadi pengen kayak mereka adalah sifat loyal nya.. apapun yang mereka punya selalu mereka bagiin ke orang lain..    

tapi.. dari semua nya itu, gw PALING pengen jadi 

 Fransiska Lisia Margaret 

jadi diri gw sendiri,, yang siap membantu siapapun yang kesusahan, bisa menempatkan diri dalam kondisi apapun, bisa tenang dibawah tekanan, selalu berpikir panjang dan optimis..   

i'm beautiful in my way because God makes no mistakes when creating me..